PostHeaderIcon Terobosan Masjid Agung Jami Malang Menggalang Dana Umat

Terobosan Masjid Agung Jami Malang Menggalang Dana Umat
Produksi Air Minum Kemasan,  Setiap Hari Capai 1000 Botol

DIRESPON POSITIF : Air minum Q-Jami  kian diminati masyarakat di Malang Raya.

TAKMIR  Masjid Agung Jami Malang melakukan terobosan untuk mengumpulkan dana perluasan masjid di sebelah utara yang mencapai Rp 10 miliar lebih. Salah satunya dengan memanfaatkan air sumur artesis menjadi air minum dalam kemasan. Karena karakteristik air yang keluar dari sumur sedalam 205 meter itu hampir sama dengan air zam-zam.

Kesibukan Takmir Masjid Agung Jami Malang semakin bertambah, mereka tidak hanya mengurusi pembangunan perluasan masjid di sebelah utara saja, tapi juga harus memikirkan terobosan baru sebagai amal usaha takmir untuk menggalang dana umat melalui usaha air minum dalam kemasan yang memanfaatkan air sumur artesis yang mengalir sejak 10 Maret lalu.

Untuk memanfaatkan air sumur artesis bukan hal yang mudah. Sejak 10 Maret lalu, air yang naik dengan sendirinya dalam dalam tanah itu hanya dibuang begitu saja ke saluran air yang ada di masjid. Dari sumur itu keluar air yang cukup deras setiap detiknya air yang keluar mencapai 15 liter. Takmir tidak dapat memanfaatkannya karena belum ada tendon dan keperluan lainnya. Dari hasil uji laboratorium air di PDAM Kota Malang, kandungan air yang mengalir dari bawah masjid itu memiliki banyak kandungan air yang dapat menyeimbangkan metabolisme tubuh.

Tidak hanya sekedar memenuhi syarat untuk diminum, air itu pun mengandung alkalinitas (Ph) yang cukup tinggi mencapai 273.31. Dengan memiliki kadar alkalinitas yang cukup tinggi, air itu dapat digunakan untuk proses metabolisme tubuh. Tidak hanya itu saja, air yang mengalir dari sumur bor artesis itu memiliki kandungan total dissolved water (TDS) yang mendekati kandungan TDS air zam-zam. TDS air artesis masjid jami sebesar 437 sedangkan air zam-zam 430 TDS. Mengetahui hal itu, tidak sedikit masyarakat yang memanfaatkan air itu membantu proses pengobatan dan lainnya.

Hingga akhirnya ada pemikiran untuk memanfaatkan air itu untuk keperluan yang lebih besar bagi masjid, khususnya pembangunan perluasan masjid yang membutuhkan biaya besar.

Karena sumur artesis itu milik masjid yang pembangunannya berasal dari dermawan, takmir tidak dapat langsung merealisasikan ide itu. Untuk membahas itu, majelis tahkim menggelar pertemuan untuk mencari hukum pemanfaatan air itu untuk menggalang dana pembangunan masjid. Majelis tahkim terdiri dari KH. Bashori Alwi, KH. Masduqi Mahfudz, KH. Chamzawi dan ulama lainnya.

“Pembahasannya cukup alot. Pertemuan kali pertama belum menghasilkan kesimpulan, baru pada pembahasan kedua dapat menyimpulkan hukumnya. Hasilnya, air itu boleh digunakan untuk sarana infaq. Pada prinsipnya air itu tidak dijual, tapi menjadi sarana infaq,” kata Ketua Takmir Masjid Agung Jami Malang H. Kamilun Muhtadin.

Selama 2,5 bulan air sumur artesis yang debitnya mencapai 15 liter per detik dibuang percuma ke saluran air. Setelah ada fatwa membolehkan dari majelis tahkim, sebagian air dimanfaatkan untuk kebutuhan masjid, sebagian lagi digunakan untuk sarana infaq dengan menjadikannya air minum dalam kemasan. Meski sudah digunakan untuk kebutuhan masjid dan air minum dalam kemasan, masih banyak air yang dibuang ke saluran. Dari 15 liter per detik hanya sekitar 2 sampai 3 liter per detik yang dimanfaatkan masjid, sisanya masih tetap dibuang ke saluran air.

Fatwa itu langsung ditindaklanjuti dengan membentuk Satgas pengelolaan air yang dikomandani Slamet Riyadi yang memiliki ahli dalam pengelolaan air bersama empat orang lainnya. Takmir pun membeli alat pengolahan air untuk air minum dalam kemasan. Untuk pengolahan air ditempatkan di belakang masjid yang memanfaatkan ruang yang masih kosong.

Tepat tanggal 25 Juni lalu, takmir masjid mengenalkan air dalam kemasan yang dikeluarkan Masjid Agung Jami Malang untuk menggali dana pembangunan perluasan masjid dalam bentuk galon. Dari bentuk galon ditingkatkan menjadi dalam botol kemasan 600 mililiter dan 1,5 liter. Terobosan itu direspon positif masyarakat. Setiap kali salat Jumat, takmir mempresentasikan air minum dalam kemasan yang diproduksinya kepada jamaah. Setiap Jumat selalu diburu para jamaah, sambil berinfaq mendapatkan air minum dalam kemasan yang memiliki banyak kandungan alkali yang dapat membantu metabolisme tubuh.

“Air minum yang diberi merk Q-Jami itu memiliki banyak kandungan alkali dan bebas polutan. Jadi bisa membantu metabolisme tubuh, apalagi sumur itu dibangun dengan doa para ulama dan habaib yang tidak pernah henti-hentinya,” ungkapnya.

Belum genap satu bulan, permintaan air minum Q-Jami terus meningkat. Rata-rata setiap harinya permintaan masyarakat sekitar masjid mencapai 1000 botol baik ukuran 600 ml dan 1,5 liter. Informasi itu melalui getok tular dan presentasi yang dilakukan Satgas di daerah sekitar masjid. Pada pertengahan Juli lalu, angka infaq air minum sudah mencapai Rp 22 juta.

Semua infaq dari Q-Jami diserahkan kepada takmir untuk pembangunan masjid setelah dipotong dari biaya operasional seperti pengadaan botol dan prasarana lainnya. Untuk perizinan Q-Jami masih dalam proses baik di Dinkes maupun di Disperindag. Sementara ini dalam kemasan ditulis untuk kalangan sendiri dan dicantumkan pemanfaatan Q-Jami untuk pembangunan masjid.

“Kami sudah memiliki agen-agen Q-Jami di sekitar masjid. Kami masih memperkuat masyarakat di sekitar masjid untuk menggunakan Q-Jami dan akan terus melakukan perbaikan-perbaikan baik manajemen ataupun yang lainnya yang dapat meningkatkan penggalian dana umat melalui Q-Jami,” ujar Nanda Rizal Pahlewi, Koordinator Satgas Pengelolaan Air Masjid Agung Jami Malang.   

Untuk mendapatkan sumur artesis itu bukan hal yang mudah. Takmir Masjid Jami hampir putus asa untuk memperolehnya. Bagaimana tidak? Hingga kedalaman 200 meter lebih air yang ditunggu tidak juga keluar. Pengeboran sumur dilakukan hari Rabu, 27 Januari atau bertepatan 11 Muharram 1431 H. Sebelum dimulai, digelar doa bersama dengan pembacaan manaqib yang diikuti jamaah Masjid Jami, habaib, ulama, anak yatim dan juga kaum duafa serta khataman Al quran bil ghoib. Meski sudah dinyatakan tidak bisa lagi, doa-doa terus dimunajatkan kepada Allah. Pada hari Rabu, 10 Maret yang bertepatan 24 Rabiul Awwal atau tepat 41 hari pengeboran,  sekitar jam 23.00 WIB di saat tidak ada lagi pekerjaan pengeboran, tiba-tiba petugas keamanan masjid di kagetkan dengan air yang mengalir deras dari arah lubang pengeboran. (muhaimin/nugroho)